Ketenangan itu Berasal dari Hati
February 25, 2011
Seorang ayah mengajak isteri dan anak-anaknya berwisata keluar kota. Sang ayah berharap agar keluarga yang dipimpinnya bisa menemukan ketenangan, rileksasi, dari hiruk pikuk kehidupan sehari-hari.
Tibalah sang ayah dan keluarganya di suatu tempat yang penuh dengan suasana hijau. Pepohonan nan rindang menyejukkan pandangan mata, rerumputan yang senantiasa menghaluskan pijakan dan tapakan kaki yang begitu lelah dengan suasana kota. Suasana pegunungan nan biru menyegarkan kembali harmonisasi hubungan keluarga.
“Ah, sungguh tempat yang tepat untuk mencari ketenangan,” ujar sang ayah sambil memandangi keriangan isteri dan anak-anaknya ketika membaur dengan suasana hijau. Sebuah penginapan pun menanti mereka untuk mendapatkan kesegaran baru dari penatnya perjalanan jauh.
Hari pun berganti, dan tibalah sang ayah dan keluarga yang dipimpinnya kembali menuju kehidupan kota. Mulailah terbayang oleh masing-masing mereka sebuah kepenatan, kebisingan, kekhawatiran, dan berbagai ketidaknyamanan yang seperti biasa mereka hadapi.
Sang ayah memandangi reaksi mereka satu per satu ketika kendaraan yang mereka tumpangi berhenti di rumah mereka yang padat. “Ah, aku hanya mengajak keluargaku lari dari kebisingan. Bukan ketenangan yang hakiki,” batin sang ayah sambil menyemangati isteri dan anak-anaknya dengan hiasan senyuman.
***
Hidup butuh keseimbangan. Ketika kepenatan dan berbagai perasaan tak nyaman menumpuk, orang butuh ketenangan. Itulah arah yang mereka kejar untuk mendapatkan keseimbangan baru dalam hidup.
Sayangnya, ketenangan yang mereka cari hanya sebuah selingan dari berbagai himpitan kesibukan hidup yang sangat melelahkan. Ketenangan dalam taman-taman yang mereka cari, ternyata hanya lapisan tipis gula pemanis dari tumpukan pahitnya hidup yang menggelut.
Bukan itu taman yang sebenarnya mereka cari.
Taman ketenangan yang melahirkan keseimbangan hidup sebenarnya tidak semahal yang selama ini orang kejar. Ia dalam diri setiap manusia. Itulah hati.
Berzikirlah, niscaya ketenangan akan melekat dalam hati untuk kurun yang lama.
Berzikirlah dan berzikirlah, karena di situlah ketenangan yang hakiki. Berzikirlah, karena di situlah taman penenang hati yang sebenarnya.
(Muhammad Nuh@eramuslim.com)