Anak yang Ingin Membeli Waktu
December 04, 2014
Dina adalah seorang anak berumur 7 tahun. Ibunya sudah meninggal 2 tahun lalu dan ia sekarang hidup bersama ayahnya. Ayahnya adalah manajer sukses perusahaan yang mapan. Dina pun disekolahkan di sekolah Internasional yang mahal dan berkualitas. Namun, Dina jarang sekali bisa bertemu ayahnya karena ayahnya pulang kerja diatas jam 23.00 malam disaat Dina sudah tertidur dan pergi pada pukul 05.00 pagi sebelum Dina terbangun.
Suatu hari Dina terlihat sangat senang sekali. Hal ini karena malam itu ini merencanakan untuk tidur lebih larut karena esok harinya kebetulan hari libur.
Ia menghabiskan malamnya dengan menonton film kartun kesukaannya sambil menanti ayahnya pulang. Rupanya malam itu ayahnya sedikit terlambat karena urusan di kantor. Namun saking rindunya Dina kepada ayahnya, ia memaksa untuk tetap terjaga walaupun matanya sudah memerah karena kantuk.
Akhirnya ayahnya pun pulang. Dengan gembiranya Dina berlari menghampiri ayahnya sambil memeluknya…
“Papa, Dina kangen banget deh sama Papa….!”
“Iya, Papa juga kok Dina. Tapi ini sudah malam.. Papa capek. Dan kamu juga seharusnya sudah tidur, ini kan sudah jam 11 malam.”
“Tapi Dina mau ngobrol-ngobrol dulu dengan Papa…” jawab Dina dengan manja.
“Ya sudah. Kamu mau ngobrolin apa sama Papa?”
“Begini, Pa. Gaji Papa sebulannya berapa sih…?”
Dengan sedikit bingung dan malas, Papanya menjawab, “Buat apa kamu tanya hal seperti itu? Itu bukan urusan anak kecil.”
“Ah…Papa.. Dina kan mau tau… Berapa sih Pa…??”
“Sudah ah..Papa ga mau membahasnya…”
Sambil terus merengek Dina terus bertanya kepada Ayahnya. Namun, Ayahnya tetap tidak menjawab. Ia pun mengubah pertanyaannya,
“Kalau begitu, begini... Bos Papa, bayar Papa berapa perjamnya?”
“Hemm…Rp 100.000,00 dan sehari ada 8 jam,” jawab Ayahnya yang akhirnya terpancing juga.
“Kalau begitu Dina mau minta uang Rp 10.000,00 donk Pa...?” pinta Dina dengan polos.
“Buat apa sih?! Besok kan bisa Papa kasih lagi uang jajan. Lagi pula buat apa kamu minta uang tengah malam begini?!” jawab Ayahnya sedikit kesal karena lelah.
“Sudah lah Pa… Pokoknya Dina minta dulu sekarang… Nanti Dina kasih tau ke Papa.”
“Kamu tuh ngapain sih sudah malam minta yang aneh-aneh saja..!” Ayah Dina bertambah kesal.
“SUDAH MASUK SANA KE KAMAR…!” Perintah ayahnya dengan nada keras.
Dina pun berjalan ke kamarnya sambil menangis. Ia menangis karena takut, sedih dan kaget. Dari luar kamar masih terdengar Dina menangis di kamarnya.
Ayah Dina pun menjadi tidak bisa tidur karena merasa bersalah. Lalu ia datang ke kamar anaknya untuk menjenguk dan meminta maaf.
“Dina, maaf ya tadi Papa marah dan bentak kamu. Habis kamu juga sih malam-malam minta yang aneh-aneh. Lapi pula Papa kan capek baru pulang kerja.”
Lalu Ayahnya memeluk Dina sambil bertanya,
“Memangnya tadi kamu mau minta uang Rp 10.000,00 buat apa sih? emangnya kamu mau jajan tengah-tengah malam begini?”
“Begini lho Pa.. Dina kan punya uang Rp 40.000,00. Dina minta uang Rp 10.000,00 ke Papa supaya uang Dina jadi genap Rp 50.000,00. Dengan uang itu Dina mau membeli waktu papa selama 30 menit, karena Bos Papa kan bayar Papa Rp 100.000,00 untuk 1 jam."
“Dina mau beli waktu Papa 30 menit supaya Papa mau temenin Dina main, temenin Dina jalan-jalan. Walaupun cuma 30 menit tapi Papa bisa bersama Dina dan tidak terganggu oleh yang lain… Dina kangen sama Papa… Dina sayang sama Papa…”
Mendengar hal itu Ayahnya menangis dan tersadar betapa selama ini ia tidak memberikan cukup perhatian kepada anaknya.