Masihkah Kita Memanggul 'Sampan Kayu Kecil' ?
March 09, 2011
Seorang petani tinggal disebuah desa kecil didaerah pegunungan, seumur hidupnya baru pertama kali dia meninggalkan kampung halamannya, untuk pergi ke desa lain menangani suatu urusan.
Berjalan dan terus berjalan, akhirnya dia menjumpai sebuah aliran sungai deras yang menghalangi perjalanannya. Petani itu menjadi sangat jengkel, karena perjalanannya jadi terhambat. Namun ditengah kejengkelannya itu tanpa disengaja dia melihat sebuah pohon yang hampir tumbang.
Si petani seakan mendapatkan inspirasi, lalu dikeluarkanlah kapak kecil yang selalu dibawanya kemana pun pergi. Dengan penuh cekatan dia berhasil membuat sebuah sampan kayu kecil. Berkat sampan kayu kecil itulah dia berhasil menyeberangi sungai yang terbentang di hadapannya.
Walaupun sesungguhnya sang petani sudah bisa mengatasi kesulitan yang berada didepan matanya tanpa rintangan yang berarti. Tapi sesampainya di seberang sungai itu, pertanyaan lain muncul. Sang petani malah tambah risau, di dalam hatinya muncul banyak sekali pertanyaan "Bagaimana ini...???".
Dia berpikir: "Andaikata saya kurang beruntung dan menjumpai sebuah sungai lagi, harus bagaimana? Andaikan di sekitar sana tidak terdapat pepohonan yang bisa dibuat menjadi sampan kayu kecil, saya harus bagaimana? Andaikan kapak kecil saya ini tidak hati-hati lalu hilang, lalu saya harus bagaimana?"
Setelah dipikir-pikir dengan berbagai pertimbangan, akhirnya petani tersebut memutuskan untuk membawa pergi sampan kayu kecil itu bersamanya.
Sampan kayu kecil itu ternyata lumayan berat. Baru berjalan beberapa langkah saja nafas petani itu sudah terengah-engah. Tetapi untuk mencegah segala kemungkinan yang akan terjadi, sang petani tetap melanjutkan perjalanannya dengan langkah yang sangat berat, dan setiap berjalan sebentar saja dia sudah harus beristirahat.
Sampan kayu kecil itu ternyata lumayan berat. Baru berjalan beberapa langkah saja nafas petani itu sudah terengah-engah. Tetapi untuk mencegah segala kemungkinan yang akan terjadi, sang petani tetap melanjutkan perjalanannya dengan langkah yang sangat berat, dan setiap berjalan sebentar saja dia sudah harus beristirahat.
Selama perjalanan yang ditempuhnya ternyata lancar-lancar saja. Tidak pernah dijumpainya lagi aliran sungai, tetapi si petani masih tetap memanggul sampan kayu kecil itu. Walaupun sebenarnya dia telah menghabiskan banyak waktu beberapa kali lipat lamanya untuk sampai ke tempat tujuannya.
*****
Sahabatku! Setiap orang persis seperti petani dalam kisah ini. Masing-masing kita seakan memanggul pula sebuah "Sampan Kayu Kecil".
Ada di sebagian orang "sampan kayu kecil"-nya itu adalah HARTA, ada di sebagian orang lagi adalah NAMA, ada sebagian lagi adalah KEBERHASILAN, ada disebagian pula adalah SIFAT SUKA BERLAGAK, masih ada orang yang sekaligus memanggul beberapa "sampan kayu kecil", tetapi mereka masih tidak mengeluh keberatan!
Kehidupan merupakan suatu perjalanan yang tidak mempunyai peta gambaran, selamanya kita tidak akan tahu, perjalanan hidup kita dimasa depan itu adalah perjalanan yang berliku-liku, ataukah sebuah perjalanan yang datar, ataukah akan menjumpai aliran air yang sangat deras.
Kita tidak bisa menentukan masa depan, tetapi bisa memilih untuk membuang "sampan kayu" yang berada diatas bahu kita, agar mampu maju ke depan dengan langkah yang cepat dan ringan!